7 Pelatih Ternama yang Tak Luput dari Pemecatan pada 2017

Nama besar bukan jaminan bagi seorang pelatih untuk aman di posisinya. Tahun 2017 merupakan periode mengerikan bagi sederet pelatih kondang karena harus kehilangan jabatan sebagai kompensasi penampilan buruk klub mereka.

Di antara lima kompetisi top Eropa, Liga Inggris saja melakukan 11 pemecatan pelatih sepanjang 2017. Artinya, rata-rata nyaris satu manajer kehilangan pekerjaan per bulan!

Perinciannya, sebanyak tiga orang ditendang pada paruh kedua musim 2016-2017 dan 8 lain angkat koper dalam periode setengah awal 2017-2018.

Berikut 7 pelatih top yang dipecat klub mereka dalam kurun awal tahun hingga menjelang Natal.

1. Claudio Ranieri (Leicester City)

Liga Inggris gaduh ketika Leicester City memecat pelatih legendaris mereka, Claudio Ranieri, pada 23 Februari.

Status pahlawan sebagai pengantar The Foxes ke tangga juara Premier League perdana sepanjang sejarah tak cukup menjaga kesabaran pemilik klub.

Dibarengi kontroversi, Ranieri dicopot jabatannya cuma 8 bulan setelah membawa Leicester juara liga. Riyad Mahrez cs memang dilanda krisis aneh soal performa, sehingga terpuruk pada peringkat ke-17 saat Ranieri ditendang.

Pelatih asal Italia itu digantikan perannya oleh tangan kanan dia, Craig Shakespeare. Ironis, Shakespeare lantas ikut di-PHK pula pada 17 Oktober walau kontraknya sudah dipermanenkan klub.

Claudio Ranieri menjalani jumpa pers menjelang partai antara Porto dan Leicester City pada fase grup Liga Champions, 6 Desember 2016.
Claudio Ranieri menjalani jumpa pers menjelang partai antara Porto dan Leicester City pada fase grup Liga Champions, 6 Desember 2016.(MIGUEL RIOPA/AFP)

2. Stefano Pioli (Inter Milan)

Pemecatan dini Frank de Boer menular kepada penggantinya di Inter Milan pada Serie A 2016-2017, Stefano Pioli.

Inter sempat berbulan madu di bawah asuhan Pioli karena rekor impresif. Selama periode 29 November 2016-23 Maret 2017, Inter bangkit tancap gas dengan 12 kemenangan dalam 15 partai Liga Italia!

Bahkan dua kemenangan terakhir dalam periode itu lahir dengan skor masif 5-1 (vs Cagliari) dan 7-1 (Atalanta).

Namun, situasi terjadi selanjutnya adalah bencana. Inter hanya memetik dua poin dari 7 partai sampai akhirnya Pioli dipecat pada 9 Mei.

Pelatih Inter Milan, Stefano Pioli, saat mendampingi timnya dalam laga Serie A kontra Chievo Verona, 14 Januari 2017.
Pelatih Inter Milan, Stefano Pioli, saat mendampingi timnya dalam laga Serie A kontra Chievo Verona, 14 Januari 2017.(GIUSEPPE CACACE/AFP)

3. Frank de Boer (Crystal Palace)

Dalam kurun setahun, Frank de Boer resmi mencatatkan rekor personal yang sungguh tidak mengenakkan. Dia melakoni dua pemecatan kilat di dua klub berbeda.

Pada 11 September, legenda Belanda itu didepak Crystal Palace akibat start horor di Liga Inggris 2017-2018.

Dalam empat partai perdana, pelatih Belanda berusia 47 tahun itu gagal menyumbangkan satu pun poin dan gol buat Palace.

Sejak diangkat sebagai penerus Sam Allardyce di kursi pelatih per 26 Juni, De Boer cuma berkesempatan menduduki jabatan selama 77 hari.

Sebelumnya, dia dipecat setelah menukangi Inter dalam 14 partai di berbagai ajang pada start 2016-2017. Berapa lama masa baktinya sebagai peracik taktik Inter? Cuma 85 hari!

Mantan pemain internasional Belanda, Frank de Boer, memberikan keterangan dalam jumpa pers saat diperkenalkan sebagai manajer baru Crystal Palace di London, Senin (26/6/2017).
Mantan pemain internasional Belanda, Frank de Boer, memberikan keterangan dalam jumpa pers saat diperkenalkan sebagai manajer baru Crystal Palace di London, Senin (26/6/2017).(CHRIS J RATCLIFFE/AFP)

4. Carlo Ancelotti (Bayern Muenchen)

Nama besar Carlo Ancelotti sekalipun tak bisa mencegah godam pemecatan di Bayern Muenchen.

Gelar juara Liga Jerman 2016-2017 dan Piala Super Jerman 2017 bak terlupakan ketika Bayern digilas Paris Saint-Germain 0-3 di Liga Champions (27/9/2017).

Ditambah lagi, Bayern harus menengok ke atas ketika puncak klasemen Bundesliga diduduki Borusia Dortmund.

Ancelotti pun didepak cuma sehari seusai dihantam PSG.

Ekspresi pelatih Bayern Muenchen, Carlon Ancelotti, saat menyaksikan permainan anak asuhnya dalam pertandingan pertama perempat final Liga Champions kontra Real Madrid, 12 April 2017.
Ekspresi pelatih Bayern Muenchen, Carlon Ancelotti, saat menyaksikan permainan anak asuhnya dalam pertandingan pertama perempat final Liga Champions kontra Real Madrid, 12 April 2017. (Odd ANDERSEN / AFP)

5. Vincenzo Montella (AC Milan)

Ekspektasi tinggi dan ketidaksabaran menjadi faktor penentu lepasnya jabatan pelatih Vincenzo Montella di AC Milan pada 27 November.

Jasa mengantar Milan menjuarai Piala Super Italia 2016 sebagai trofi pertama klub dalam 5 tahun terakhir tak cukup mempertahankan Montella.

Guyuran uang ratusan juta euro demi merekrut 11 pemain awal musim ini seperti mewajibkan Milan tampil super.

Awalnya penampilan Milan bagus. Pasukan Montella menang menggasak 9 lawan dalam 10 partai perdana musim ini. Hanya, konsistensi itu tak bisa dilanjutkan.

Diwarnai tekanan demi tekanan harus meraih hasil bagus dengan skuat mahal, Montella bersama Milan tergelincir keluar enam besar klasemen Liga Italia.

Pelatih AC Milan, Vicenzo Montella, menyaksikan permainan anak asuhnya melawan Udinese pada pertandingan lanjutan Serie A di San Siro, Minggu (11/9/2016).
Pelatih AC Milan, Vicenzo Montella, menyaksikan permainan anak asuhnya melawan Udinese pada pertandingan lanjutan Serie A di San Siro, Minggu (11/9/2016). (MARCO BERTORELLO / AFP)

6. Slaven Bilic (West Ham United)

Seperti halnya Vincenzo Montella di AC Milan, Slaven Bilic dipecat West Ham United dengan segala pertanyaan tentang kegagalan mendongkrak performa tim berbekal materi mentereng.

Legenda timnas Kroasia itu malah membawa The Hammers terpuruk di zona degradasi dengan hanya 2 kemenangan dari 11 gim.

Padahal, pelatih Manchester United Jose Mourinho pada awal musim sempat memprediksi West Ham sebagai calon pengisi papan atas. Bilic pun didepak secara ironis pada 6 November.

Dilansir BolaSport.com dari Eurosport, dia pergi dengan rekor pelatih permanen tersukses West Ham di Premier League dengan catatan 1,33 poin per partai.

Ekspresi pelatih West Ham United, Slaven Bilic, dalam pertandingan Premier League melawan  West Bromwich Albion di London Stadium, pada 11 Februari 2017.
Ekspresi pelatih West Ham United, Slaven Bilic, dalam pertandingan Premier League melawan West Bromwich Albion di London Stadium, pada 11 Februari 2017. (Ian KINGTON / AFP)

7. Ronald Koeman (Everton)

Kesalahan terbesar Ronald Koeman yang mengakibatkan dirinya di-PHK Everton ialah alpa mencari pengganti bomber sesubur Romelu Lukaku pada bursa transfer musim panas.

Mengembalikan Wayne Rooney saja tak cukup karena Koeman tak menyertakan perubahan dalam gaya maupun taktik permainan.

Rekor pengeluaran 142,4 juta pounds (Rp 2,6 triliun) bak menguap karena Koeman justru membawa Everton melorot di posisi ke-18 ketika dirinya didepak pada 23 Oktober.

Apes bagi Koeman, dirinya semakin terbukti keliru karena penggantinya, Sam Allardyce, secara perlahan mendongkrak Everton mendekati papan atas kini.